KENANGAN
SEORANG SAHABAT
Mayjen
TNI ( Purn ) Wiyoto HW, lahir 6 April 1942. Beliau alumni AMN 1964. Saya
menulis kenangan ini menjelang ulang tahun beliau yang ke 71 yaitu pada 6 April
2013.
Dalam
perjalanan hidup dan karier saya , Mas Wiyoto mempunyai peran yang tidak
mungkin saya lupakan.
Pertama
ketika saya mendapat perintah untuk mengikuti Pendidikan Seskogab th 1986, saat
itu saya dihadapkan kepada rasa bimbang dan ragu, mau ikut atau tidak. Hal ini
dikarenakan teman2 sekantor saya baik yang seangkatan dengan saya maupun yang
senior tapi dengan jabatan yang sama yaitu Paban Madya di Staf Operasi Kasad
memprovokasi saya untuk tidak perlu mengikuti pendidikan itu.
“ Apa gunanya ikut Seskogab, nggak ada
pengaruhnya untuk karier kita. Satu2nya kerugian kalau tidak Seskogab hanyalah
kita tidak bisa jadi Dosen Seskogab, selain itu nggak ada “
kata mereka.
Karena
banyak teman2 yang berpendapat demikian maka saya menjadi bimbang dan hampir
saja saya mengambil keputusan menolak untuk mengikuti pendidikan Seskogab.
Untung waktu itu saya teringat Mas Wiyoto yang baru selesai meng ikuti Seskogab
tahun sebelumnya. Saya sampaikan kepada beliau dan minta pendapatnya.
Kata
Mas Wiyoto : “ Begini Dik. Apa itu
berguna atau tidak, menurut saya sebaiknya dilaksanakan saja perintah itu, toh
tidak ada ruginya.”
Atas
petunjuk Mas Wiyoto itu dan setelah saya analisa, sebenarnya teman2 yang
berpendapat seperti diatas itu hanyalah disebabkan perasaan iri saja karena lebih dari
20 orang Paban Madya di Staf Operasi dan banyak yg angkatan diatas saya tapi
yang diperintahkan mengikuti pendidikan hanya 2 orang yaitu saya dan Arifin
Tarigan saja, maka akhirnya dengan mantap saya ikuti pendidikan itu sampai
selesai.
Tapi
dasar keberuntungan saya tidak bagus, setelah saya selesai mengikuti Seskogab
saya dikembalikan kejabatan semula sampai 2 tahun lamanya. Padahal teman2 yang
lain yang ketika Seskogab berpangkat Letkol mereka semua dipromosikan menjadi
Kolonel bahkan yang angkatan dibawah saya Akmil 66 juga dipromosikan. Rupanya
ujian bagi saya masih belum selesai. Tapi seperti kebiasaan saya, saya tidak
akan nglokro dan putus asa. Pada saat2 saya “diinjak” saya justru akan menunjukkan siapa saya. Oleh karenanya
dalam masa itu yang saat itu menjabat Paban Madya Kurikulum Staf Operasi Kasad
dan sebagai mantan Wakil Direktur Kurikulum Kobangdiklat, produkrivitas kerja jauh
lebih saya tingkatkan dengan membuat terobosan2 dalam bidang kurikulum
pendidikan TNI AD. Namun promosi yang saya harapkan akan segera datang toh
tidak kunjung tiba.
Sampai
suatu ketika saya ditelepon Kol Art Wiyoto yang waktu itu menjabat Paban di
Spers Kasad.
“ Dik Budi bisa keruangan saya sebentar,
saya mau tanya tentang kurikulum….” Karena kurikulum adalah
makanan sehari hari saya sejak di Kobangdiklat, dengan antusias saya menghadap
beliau dengan membawa bahan kurikulum Perwira, Bintara dan Tamtama. Ternyata
setelah saya menghadap, beliau hanya menanyakan tentang kurikulum Tamtama saja
yang tentu saja dapat saya jelaskan dengan gamblang. Setelah itu Mas Wiyoto
bilang :
“ Dik….sebenarnya anda saya panggil itu
bukan soal kurikulum. Tapi soal pribadi anda. “
Terkejut
saya mendengar penjelasan beliau tapi saya diam saja dan beliau melanjutkan
“ Kalau soal intelegensia, anda tidak diragukan. Tapi anda itu dinilai
kepribadianya jelek. Yang menilai anda jelek itu ada dua orang yaitu Dan
Pussenart Pak Djoko Pramono dan Aspers Kasad Pak Topo. Yang pertama adalah soal
penampilan. Anda dinilai jelek karena cambang dan rambutnya yang gondrong itu.
Yang kedua anda dinilai jelek karena mulutnya. Anda kalau berbicara ceplas
ceplos dan sering tidak menyenangkan orang lain….Inilah sebenarnya yang mau
saya sampaikan, makanya anda saya panggil kesini dan menurut saya sebaiknya
anda introspeksi demi kebaikan anda sendiri….”
Mendengar
itu semua saya hanya bisa menjawab “
Baik Mas, trimakasih atas petunjuknya……” dan setelah itu saya meninggalkan
ruangan beliau dengan berbagai perasaan gundah. “ Oh pantas saja, jabatan saya
tetap Paban Madya dan saya satu2nya Paban Madya yang sudah Seskogab, rupanya
saya sedang “diinjak” oleh Danpusenart dan Aspers Kasad ” pikir saya.
Siangnya
saya dipanggil menghadap Brigjen TNI Hadi Baroto Dirpomad. Dan ternyata Mas
Hadi Baroto juga menyampaikan hal yang sama hanya dengan bahasa yang berbeda . Beliau bilang
“ Dik Budi aku nggak terima anda dinilai
kayak begitu. Lha cangkem itu kan gawan bayi….Tapi begini Dik, ngalah
saja…..mungkin dalam beberapa waktu anda akan merasa kehilangan jati diri anda
sendiri….tapi sudahlah ngalah saja.”
Sekembali
dari kantor Dirpomad saya sudah mengambil ketetapan akan menuruti nasihat Mas
Wiyoto dan Mas Hadi Baroto tersebut. Maka ketika pulang ke Bandung saya
langsung ketukang cukur di Kodim dan minta dicukur plontos kaya pelajar Secaba.
Dan sejak itu sampai sekarang ( catatan : sekarang maksudnya pada saat aku menulis kenangan seorang sahabat ini )
rambut saya tidak pernah gondrong lagi.
Dari
semua pengalaman saya tadi saya berkesimpulan KALAU TIDAK KARENA MAS WIYOTO
DAN MAS HADI BAROTO saya tidak akan bernasib baik seperti sekarang ini bisa
pensiun sebagai Perwira Tinggi. Saya
sangat yakin bahwa Allah Swt melalui beliau berdua itu telah memberikan
petunjuk kepadaku untuk menghapus sifat kesombonganku dengan kebanggaan kosong
berambut gondrong dan bicara ceplas ceplos. Mudah2an Allah Swt akan membalas
budi baik beliau berdua dengan pahala yang berlipat ganda.
Selamat
Ulang Tahun Mas Wiyoto, semoga kesehatan serta kebahagiaan senantiasa
dilimpahkan kepada Mas Wiyoto dan
keluarga. Aamiin
Penutup : Saat ini Mayjen TNI Wiyoto dan
Mayjen TNI Hadi Baroto sudah meninggal dunia. Semoga beliau berdua wafat dalam
keadaan husnul khotimah dan mendapatkan tempat yang mulia disisiNya. Kami
doakan juga keluarga beliau berdua senantiasa dalam keadaan sehat walafiat,
dimudahkan rejekinya dan selalu dalam lindungan Allah Swt. Aamiin
Selamat Siang Pak....
ReplyDeleteCeritanya sangat menginspirasi 🙏👍👍
Mohon ijin,Kantor thn 1985an di Merdeka Barat ya Pak?
Mertua jg Paban VIII.